Selasa, 17 Juli 2012

Di dadaku....ada namamu......

Obrolan pagi menjelang puasa sepertinya cukup relevan untuk dilakukan, ngiras introspeksi diri mengembalikan memori untuk menyadari hakekat puasa sebelum melakukan ritual fisik.
Sebenarnya apa ya hakekat puasa itu?
mengapa tuhan mewajibkan puasa?
kenapa pula puasa bernilai tak hingga sehingga tidak perlu repot-repot menghitung nilainya?
Kenapa ada puasa DAUD dan puasa Muhammad?
apakah daud juga menjalankan ramdan, atau hanya muhammad yang mewajibkan ramdan.
rukun iman kan juga mempercayai semua utusan, semua kitab, dan semua gaib.
sedangkan yang dipanggil untuk puasa kan orang yang iman?
Hem...kalau saja njeng rasul ada, pasti bisa ditanyain.


Jika tuhan mewajibkan, tentu ada alasan mendasar yang harus dipahami oleh makhluk. Kepompong puasa untuk mencapai tingkat kupu-kupu supaya dapat melakukan tugas mulia yaitu melakukan penyerbukan. Bukankah saat jadi ulat, kelakuan makhluk sangat tidak terpuji?
sebagai penebusan dosanya, maka ulat harus menjalani tirakat menjadi kepompong.
selanjutnya, tugas mulia diberikan kembali, dan kupu-kupu membantu pohon melakukan regenerasi.
Seperti itukah kegiatan tuhan? menghancur leburkan alam semesta, kemudian membuatnya cooling down, dan selanjutnya menata kembali untuk kehidupan baru.

Apakah manusia dapat menangkap momen tersebut?
wallahu alam bi sawab.....

Kalau saja manusia dapat menangkap, tentu ada pelajaran berharga yang dapat dipetik.
Pada saat tirakat, sesungguhnya makhluk tidak membutuhkan apa pun kecuali selembar pembungkus tubuhnya. Untuk menjaga kehidupannya, makhluk hanya mengandalkan dan bergantung pada GIGInya.
apakah makna GIGI adalah gaib? ataukah lebih tepat memakai istilah leluhur: 'UNTU? yang dapat dijabarkan menjadi TUNU....yang bermakna dibakar?
Lalu apanya yang harus dibakar?
Apakah yang harus dibakar dunianya?
apa pula arti wanusuki.....apanya yang ditusuk?
wamamati......sampai mati?
lillahi ROB?....hanya untuk ROB....
Apakah ini perjuangan yang sesungguhnya melawan hawa nafsu?
nafsu untuk berbuat hanya karena iming-iming bahwa bulan ini pahala dilipat gandakan?

Kalau ini benar, maka kemenangan sesungguhnya pada saat makhluk dapat menusuk-nusuk hatinya sendiri sampai menjadi bagian-bagian kecil, kemudian selama perjalanan waktunya setiap bagian kecil tersebut dibakar....tiap keping itulah sebenarnya penyakit hati......dan keberhasilan setiap makhluk sangat tergantung pada seberapa mampu membakar penyakit tersebut sampai tidak tumbuh lagi....
Mungkin ini pula yang digambarkan oleh leluhur, dengan makanan yang bernama sate....
dipotong-potong kecil, kemudian ditusuk dan selanjutnya dibakar.....
dengan niatan mengobati penyakit hati.

Kalau saja ki gendeng itu memahami esensi ilmunya, tentu sangat berguna bagi pertiwi, para pejabat itu bukan dibunuh manusianya, tapi dibunuh sifat-sifat yang bukan manusianya.....inilah teori PAS....harus digunakan secara pas, karena jika berlebihan akan melukai.

Apa sebenarnya yang harus dibunuh dari hati para pejabat?
penyakitnya.....
meletakkan kewenangan dengan sewenang-wenang.
misalnya.....
mendikte masyarakat untuk menyerahkan zakatnya pas akhir puasa, dengan berbagai alasan.....
padahal zakat adalah kuwajiban makhluk.....
siapa yang menjamin, jika seseorang dapat melanjutkan puasanya sampai waktu yang ditentukan?
bukankah lebih cepat melaksanakan lebih baik?
untuk apa?

nah ini yang terpenting, untuk apanya......
untuk disalurkan pada yang wajib menerima....
supaya apa?
supaya yang wajib menerima dapat ikut merasakan kegembiraan menjalani puasa dengan predikat sama....
sama antara si wajib zakat dan si penerima zakat.....
sama-sama berbuka pada waktu yang telah ditentukan.....

Lalu apa perbedaan puasa DAUD dan puasa Muhammad pada saat ramdan ini.....
mengingat ramdan adalah puasa, atau tirakatnya njeng rasul saat menerima wahyu pertamanya....
lalu si DAUD ini bagaimana?

itu dia......
aku sendiri juga belum tahu jawabnya......
yang pasti....
segala sesuatu selalu dalam genggaman ROB....
pasti ada jawabnya nanti.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar