Senin, 09 April 2012

Reformasi Pendidikan ala Fakir


Pagi ini para fakir berkumpul di gardu mulut gang dekat masjid, tepatnya gang sembilan. Disekitar masjid ada beberapa kontrakan satu kamar yang dihuni para fakir dengan profesi klas bawah, ada tukang roti, tukang becak, tukang cuci, tukang jagal, tukang sapu, tukang masak, dan pekerja serabutan. Suasana mendung membuat mereka enggan kemana-mana. Pun hari ini Jumat, jadi jasa meraka sedang kurang dibutuhkan. Menurut mazab kampung fakir,hari Jumat adalah awal ibadah selama satu minggu, sedang tutup buku langit dilakukan pada hari Kamis. Itu sebabnya Njeng Rasul mengajarkan kepada fakir untuk puasa pada hari Kamis, fakir harus tetap tersadar bahwa kegiatan selama sepekan harus dipertanggungjawabkan.
Bumi menanggung dan langit menjawab, sebuah kata yang pas untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu Njeng Rasul juga mengajarkan tirakat, yaitu nirakati badanniro, puasa hari kelahiran. Puasa pada hari kelahiran dimaksudkan untuk nirakati atau muji syukur atas kesempatan berwisata ke dunia.Berhubung Njeng Rasul lahir hari Senin, maka puasanya jadi Senin-Kamis. Selain puasa Kamis, fakir melakukan puasa suka-suka, sesuai dengan kebutuhan dan manfaat, untuk menapaki tangga makrifat masing-masing.
                Maka dari itu, ritual ibadah fakir satu dengan lainnya tidak pernah sama, unik, dan tersembunyi. Dibuat unik karena setiap makhluk mempunyai kitab, dikatakan tersembunyi karena pembacaan kitab itu di dalam bathin.
                Sesuai dengan pasal yang ke sekian, untuk melakukan sesuatu, fakir tidak diperkenankan latah-latahan, harus ada alasan jelas setiap ritual peribadatan, ini salah satu doktrin tidak tertulis dari aturan fakir. Fakir mengatur langkahnya dengan ajaran yang ditularkan oleh penghulu fakir. Sang Penghulu Fakir tidak pernah latah melakukan sesuatu karena tidak ada yang dilatahi, Dia adalah asbab dari setiap kejadian.
Bukan karena apes, secangkir kopi dingin yang mereka suguhkan merupakan kopi sisa kemarin, sudah dingin. Bersyukur masih ada kopi walaupun dingin. Tentu saja sajian kopi dingin di kampung fakir mempunyai makna.
Ada yang ganjil dari pertemuan ini, sangat sedikit kelakar, mereka lebih pada posisi siaga satu seperti yang sedang dilakukan oleh negara ini. Yang lebih parah adalah tanpa rokok, suatu pemandangan yang jarang terjadi. Padahal bagi fakir, rokok adalah istri pertama, wajib hukumnya mereka bicara sambil merokok, karena gerakan mengisap rokok dan merek rokok yang disuguhkan merupakan isyarat informasi apa yang sedang dikirim oleh langit.
                Yah, jagad pewayangan memang sedang kacau, semua serba bertabrakan, yang di atas meminta, yang di bawah harus memberi. Yang harus diutamakan yang di dalam atau yang di luar. Meminta ke arah Bumi atau Langit. Menghapus dosa Tuhan atau manusia. Yang membimbing ke arah kiamat malaikat apa iblis?
                Mari kita bedah bersama,tentu ala fakir, jadi tidak perlu diperdebatkan. Sesungguhnya siapa sebenarnya yang mempunyai piranti kiamat? Siapa yang sebenarnya dari awal telah merancang datangnya waktu itu? Sepertinya, kita dalam perangkap katulah. Tahu atau tidak, yang namanya melanggar amanah leluhur ya pasti katulah. Siapa sesungguhnya leluhur manungsa? Qobil atau Habil? Bukankah Habil telah bersama dengan Tuhannya? Berarti yang tinggal di dunia ini ya Qobil, leluhur kita. Kenapa pula kita terus memaki? Siapa sebenarnya yang kita maki? Yang membuat kejadiankah?. Siapa sesungguhnya yang mampu menjadikan sesuatu itu terlaksana? Dialah yang selama ini engkau maki.
                Malaikat tidak bersalah, tidak pernah protes kenapa ada malaikat pencabut nyawa, dan peniup sangkakala. Malaikat tidak pernah menawar, hanya iblis yang punya kemampuan tawar, bergaining ceuna barudak ayeuna, menawar sesuatu jangan sampai terjadi.... karena tidak ada yang namanya iblis pencabut nyawa atau iblis peniup sangkakala.
                Iblis tetap ingin dunia ini abadi, karena kalau tak ada dunia iblis tak punya tempat tinggal. Langit telah dikuasai malaikat, iblis terusir dari langit karena ingin membahagiakan manungsa. Apa imbalan manungsa atas kerjanya? Memakikah? Atau menolong bumi ini tetap lestari?
                Bagi Malaikat, tidak ada yang abadi kecuali Allah, malaikat tidak perduli terhadap apa pun kecuali Allah Abadi.
                “Kasih ibu, kepada beta....tak terhingga sepanjang masa.......hanya memberi tak harap kembali... bagai Sang Surya menyinari dunia......”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar