Senin, 09 April 2012

jiidat sujud

   Seperti biasa, secangkir kopi, dan beberapa pisang goreng menghiasi amben, tempat mereka cangkrukan. Suasana temaram, memberikan sugesti datar pada dada setiap makluk, tanpa gejolak, tanpa pretensi. Sekonyong-konyong, lewatlah Parmi, warga kampung yang terkenal bohay. Bukan kelompok fakir, kalau tidak bisa menangkap informasi.
   Nyaring, melengking, mengiringi langkah Parmi, suara Kang Fakir, seperti tetabuhan yang mengiringi gerakan gemulai penarinya.
   "Jidat sujud, jidat sujud, jidat sujud"
   Begitulah, topik fakir kali ini, membahas suratan takdir untuk yang kesekian kalinya. Setelah Parmi berlalu, Kang fakir mengumandangkan lagu yang lagi ngetren dari Hijau Daun..."Suara dengarkanlah Aku... apa kabarmu... di dalam hatiku......"
   Sang wartawan, mencoba bertanya kenapa tiba-tiba Kang Fakir bernyanyi, lagunya hijau daun "Kang, aya naon?"
   "Ah lucu aza...."
   "Apanya yang lucu"
   "Ayeunah mah, baju ala India nuju ngetren"
   "Maksud Akang, model wudelnya diliatin gitu?"
   "He eh, barudak mah, mening gareulis nya?'
   "Ah lieur, Akang te kumaha. Eta model kan teu menang dipertontonkan dina telepisi?"
   "Yaaa...kan si Parmi teu nongol di telepisi, lempang di kampung, kampung urang, wudel di obral, wudel sorangan, Ada masalah buat loe..." begitulah Kang Fakir memberi penjelasan sambil menirukan, tokoh talk show kesayangannya, sa imah.
   "Parmi pan lempang, nuju ngabarkeun, jagad pewayangan ntos kiyeu"
   "Ntos kumaha?"
   "Terang benderang, setiap kejadian merupakan informasi, dan kejadian cepat sekali berlalunya, ganti berganti, itu akan semakin cepat dan dipercepat"
   "Kami merasa di kampung adem ayem Kang?"
   "Itu sebenarnya yang bisa kita tangkap dari si Parmi, yang hidupnya pas pasan, yang bisanya cuma tandur, dengan peralatan seadanya, tidak membutuhkan ketrampila khusus, pa lagi ijasah"
   "Parmi yang janda, hidup sama ibunya yang juga janda, tapi bahagia" lanjut Kang Fakir.
   "Dimana mereka tinggal Kang?" tanya sang Wartawan, menguliti kesunyian.
   "Di rumah yang sudah mulai rapuh, di atas sebidang tanah, yang dikeruk sama saudaranya untuk membuat jalan Tol di kota. Runyamnya, bekas galiannya diurug dengan sampah, karena tanah itu dekat dengan pasar"
   "Apa yang dia lakukan Kang dengan sampah-sampah itu?"
   "Ya mencabutinya, mengumpulkan, membakar, dan menggantinya dengan tanaman seperti seharusnya tanah burguna, yaitu tempat tumbuh pepohonan dimana mereka berdua bisa menggantungkan rezekinya"
   "Dari kejadian ini, apa yang bisa dipelajari untuk mengekalkan jagad pewayangan Kang?"
   "Mari kita bedah......."Kang Fakir mulai mengambil posisi seperti Aristoteles di area akademika.
   "Salah arah sepertinya kita ini...."
   "Maksud Akang?"
   "Berdoa tangan menghadap ke mana?"
   "Ke atas"
   "Menilik jagad kecil tubuh kita, bagian paling atas kan kepala"
   "Persoalannya apa?"
   "Jidat di suruh sujud...."
   "Lalu?"
   "Sujud pan ka tanah nya, posisi muka menghadap ka bumi, jidat, tangan, dan kaki sejajar..."
   "Terus?"
   "Bagian paling jauh apa?"
   "Pantat deh"
   "Ini dia, kenapa senjata Semar kentut"
   "teu nyambung.... lieur...."
   "Posisi siaga, siap, santai, mati, arah telapak tangan kemana?"
   "Ke dalam"
   "Pas mantap"
   "Kenapa NKRI di sebut Ibu Pertiwi?"
   "Dialah Ibu dari semua ibu di muka bumi ini, mulai dari savana sampai gunung es, gunung nuju lembah, lembah mengalir sungai, di sana kampung asal leluhur kita, di gigir sungai"
   "Kekayaan alam berupa flora dan fauna, kekayaan budaya,bahasa, kepercayaan, juga suku" timpal sang wartawan.
   "Kenapa jalan, jembatan, sekolahan, semua pada hancur ya Kang?"
   "Ta...eta...informasi tambahan...."
   "Panjang teu menang dipotong, pondok teu menang di sambung"
   "Jagad kecil, nuju disolatkeun, jika jidat menghadap ke langit, zubur menghadap ke bumi, suku menghadap ke langit"
   "Teu nyambung...."
   "Propesi apa yang sekarang sedang ngetren?"
   "Partai Politik" kata sang wartawan mulai dapat mengimbangi laju pemikiran Kang Fakir.
   "Menurut ilmu gathuk, PARTAI (PART TAI, PART=bagian, TAI= ya tai, tai ucing, tai asu). POLITIK (POLY =banyak, ITIK= yaa bebek yang kerjanya ngekor)"
   "Apa hubungannya dengan Si Parmi?"
   "Sangat erat"
   "Maksudnya?"
   "Eling, wudel, ingat para wali, yang katanya sebagai khalifah fil Ard, urus bumi, Sang Ibu Pertiwi, lakukan operasi plasik (membuang plastik), transplantasi payudara (menghidupkan kembali gunung sebagai gunung), tanam alis, tanam bulu mata, ....tanam....tanam....tanam....."
   "Jadi petani maksud Akang?"
   "Iya.. PETANI...PETA NI"
   "Maksud Akang, menurut ilmu gathuk kan?"
   "Ya... PETA ya peta. NI (IN artinya masuk)"
   "Kita berada di kapal Nuh....."
   "Thank you Allah....Thank you Allah...."Serempak keduanya bernyanyi sambil meninggalkan tempat cangkrukan.
  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar