Senin, 16 April 2012

NARCOBA: NAR - COBA

   Suasan kampung fakir kali ini sepi...nyenyet. Tidak ada lagi guyonan ala kampung fakir, yang biasanya selalu terdengar dari setiap pembicaraan. "Penghulu fakir gering" kata Bi Supi mengawali pembicaraan. Semua menaruh hormat pada Bi Supi, karena Bi Supi lah pemegang SIUP pendirian kampung fakir. Bi Supi adalah BIkSU yang sePI, maksudnya sepi ing gawe rame ing pamrih. Yah... dalam kesendiriannya dan kesunyiannya, tugas Bi Supi adalah menganalisa permintaan warganya. Dia adalah garda terdepan penghulu fakir, dalam hal memberikan rekomendasi kepada penghulu fakir, atas permintaan warganya. Ecek eceknya, simpanan penghulu fakir. Tanpa pangkat, juga bukan termasuk pegawai, tapi kata-katanya pasti dituruti baik oleh penghulu fakir maupun oleh warga.
   Sebab geringnya penghulu fakir karena permintaan istri sahnya benar-benar membuat sang penghulu mati langkah, seperti main catur....shack mat. Seperti memakan buah simalakama, dikasih maka yang harus terjadi pasti terjadi, jika tidak dikabulkan sang istri merengek terus sambil menghujat, dan memaki. Begitula curhatan sang penghulu fakir kepada Bi Supi. Sebagai keranjang sampah, Bi Supi mencoba mendudukkan diri seperti seharusnya keranjang sampah. Maka keluarlah seluruh isi hati sang penghulu fakir, atas apa yang selama ini terjadi. Perilaku yang kurang patut, yang dilakukan oleh istrinya. Betul-betul istri yang buruk peranggainya, permintaannya selalu bertambah dari waktu ke waktu, dan semakin ke sini, permintaannya semakin tidak masuk akal "buah kuldi"
   Yang membuat hati Bi Supi miris adalah pernyataan penghulu fakir atas istrinya yaitu setiap dia menyajikan secangkir kopi, selalu diimbangi dengan minta perhiasan, emas permata, sampai-sampai habis tabungan penghulu fakir. Kali ini, sudah sangat keterlaluan, sang istri minta NUKLIR...(nUKLIR= KLIRU)....dan itu hanya dapat ditukar dengan nyawa, karena itulah tumbal yang harus disediakan sebagai penggantinya.
   Bi Supi sendiri, juga harus berhitung bagaimana cara menyampaikan kepada istri penghulu fakir, supaya tidak menyakitinya, sehingga tidak membuat sang istri shock karena penghulu fakir punya simpanan. Karena sesungguhnya, istri penghulu fakir itu baik, tapi karena salah gaul, kebawa arus.....
   Sang istri telah melupakan undang undang yang berlaku di kampung fakir yaitu bekerjasamalah kalian untuk kebaikan, jangan bekerjasama..........Bi Supi pingsan di pangkuan penghulu fakir....dia tidak sanggup mendengar kalimat berikutnya.... karena penghulu fakir berkata sambil meneteskan air mata.....

"Hold me, please........"
"Save our planet..."
Pinta Bi Supi, setelah siuman, kepada para fakir, NAR COBA (NAR= Neraka, COBA= kok di COBA)..... ANAS (SANA....NASA....NAAS), NINGRUM(NING= bening, pikiran. RUM=haRUM, baunya)

Kapal nuh slamaeeeeeet....
Penghulu fakir tersenyum.....
Makasih simpananku....
kamu memang cantiq....
NARSIS (NAR= neraka, SISt= sistem). Bergaining ala iblis....
Yo iku nek pingin ga di prit.....

Sing penting lak penghulu fakir seneng, istri menyadari kekeliruannya, kampung fakir adem ayem...
Dadi istri simpanan yo kudu nrimo ing pandum....

Laa ila ha illallahu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar