Minggu, 08 April 2012

jockerjockerjo

    Satu kegiatan di kampung fakir yang menjadi andalan adalah sesi jocke. kali ini fakir mendapat kehormatan dengan dihadiri oleh wartawan yang sejak tersesat telah menjadi keluarga sesat bagi para fakir.
    Dikatakan sesat, karena sejak saat itu, sang wartawan sudah mulai lancar komunikasi dengan para fakir, menggunakan bahasa pedalaman, bahasa yang hanya dapat ditangkap oleh makhluk dengan frekuensi sama, frekuensi bawah tanah.
    Bicara masalah frekuensi bawah tanah, ada yang menarik dan menggelitik sang wartawan, mengenai prilaku para fakir, yaitu lebih suka tidur dengan ketebalan alas kurang dari sepuluh sentimeter. Menurut mereka, melalui teknik tersebut, pemetaan secara akurat layaknya GPRS, dapat dilakukan. Dalam dunia pewayangan, ilmunya dijuluki dengan istilah lempang teu kudu ngalengkah, indit bari cicing. Melalui ilmu ini, mereka dapat mendeteksi keberadaan seseorang, sesuatu, atau kejadian di belahan bumi yang mana pun.
    Menanggapi hal ini, sang wartawan coba melontarkan pertanyaan kepada para fakir yang sedang gegoleran, menengadahkan wajah menatap langit, tanpa suara, hening, dan bening.
    "Kang...." panggil wartawan mengawali pembicaraan.
    "Yaaa...." jawab seseorang di sebelahnya.
    "Ada berita apa dari bawah?" tanya sang wartawan.
    "Maksud aden mengenai hiruk pikuk kejadian sepekan ini?"
    "Benar...."
    "Coba kita baca..menurut ilmu gathuk."
    "Yudho maknanya perang, dipasang sama budhi" jelasnya.
    "terus....?" lanjut sang wartawan masih datar.
    "Nyasar din, artinya pegangannya sesat" jawabnya santai, tanpa pretensi apa pun.

    "T e r u s . . . ." sergah sang wartawan terbata-bata.
    "Pasek maknanya sekap"
    "Jadi.... menurut mata fakir, apa donk?"
    "Let's see..." jawab akang fakir.
    "Kita sedang terkunci, dalam suasana perang bathin, antara yang di dalam dan di luar, antara yang di atas dan di bawah, antara kiri dan kanan" analisa akang fakir.
    "Jalan keluarnya?"
    "Sebentar, ada informasi tambahan sepertinya..."
    "Apa itu Kang"
    "Andingnya, TomCat... melepuh...Air Keras... melepuh...." sejenak kang fakir merenung.
    "Tinggalkan, kembalilah ke dalam, yang di luar fatamorgana, yang di atas menyilaukan, belajar dari ilmu bayangan. Bayangan saja sujud.
    "Maksudnya....AIR KERAS..."
    "Yaaa  itu"
    "AIR (RAI, dalam bahasa jawa Muka =kamu), KERAS, SEKAR , KE ARS, maksudnya, ke singgasana Allah muka seharusnya ditundukkan)" sang wartawan mencoba belajar mengeja layaknya anak TK.
    Sejenak, kang fakir tersenyum, memperhatikan sang wartawan belajar mengeja.
    "Apa yang lucu Kang" rajuknya.
    "Ah engga.... lucu aza, kepada siapa seharusnya kita bertanya, dan mencari jawab, sepertinya arahnya terbalik ya"
    "Tuhan tolong aku, dan jawab pertanyaanku.... mau dibawa kemana kapal NuH ini? serempak keduanya mendendangkan lagu ABG yang lagi tren.



  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar