Selasa, 29 Mei 2012

UREKA (U= kamu) REKA (AREK= mau)

Kali ini kampung MAKWAH kedatangan tamu dari negeri antah berantah yaitu
kepala kampung beserta rombongannya. Kedatangan kepala kampung dan rombongan
ke kampung MAKWAH sekedar untuk memenuhi undangan penghulu fakist, ecek-
eceknya studi banding.

Di ketinggian seribu dua ratus meter di atas permukaan laut, dengan melalui tujuh
gunung dan harus menuruni enam lembah rombongan kepala kampung negeri
antah berantah harus menempuh perjalanan untuk sampai ke kampung MAKWAH.
Sepanjang perjalanan, hanya kesunyian yang mereka hadapi, pemandu benar-benar
mengarahkan para undangan untuk melewati tempat yang jauh dari penduduk,
dan tentu saja adat budaya dan leuweung.

Kalau saja bukan karena undangan penghulu fakist, tentu sagat tidak menarik
mengunjungi kampung MAKWAH, tidak ada yang bisa dinikmati secara lahiriah.
Hanya kesunyian yang terus mendidik bathin untuk menurunkan beban pikiran,
sehingga satu demi satu keruwetan terurai, seiring dengan hentakan langkah kaki mengayun.
Perjalanan ruhani adalah ungkapan yang cocok untuk rnggambarkan keindahan
alam sekitar.

Menaiki bukit dan menuruni lembah yang terjal, dalam guyuran hujan merupakan
tantangan yang harus ditaklukkan dengan satu tujuan SAMPAI. Sebuah keyakinan
yang menafikan semua kesulitan dan menembus batas kesakitan, kelaparan serta
kehausan. Semua rasa menjadi mati dengan keyakinan mati rasa sampai tujuan.

Akhirnya sampailah rombongan di kampung pedalaman. Tak satu pun anak
berkeliaran menyambut tamu, mereka semua berada dekat dengan orang tuanya
atau berada di dalam rumah sampai waktunya menikah. Perlindungan orang tua
kepada anak sama kuatnya dengan perlindungan mereka terhadap leuweung
dan seluruh ritual adat.Selain rombongan negeri antah berantah, penghulu fakist
kedatangan dua orang pendaki gunung. Entah bagaimana ceritanya, yang pasti
mereka telah ada sebelum rombongan. Anggap saja para pendaki tersebut
tersesat, sehingga keduanya tidak mengikuti protokoler kunjungan tamu yang
jamak diberlakukan di kampung MAKWAH.

Bukan suatu kebetulan kedua rombongan yang berbeda tujuan dan alasan
bertemu dalam satu keadaan. Undangan penghulu fakist tentu punya alasan kuat,
agar kepala kampung negeri antah berantah belajar mengelola negerinya supaya
adem ayem, toto tentrem kerto raharjo, seperti harapannya.

Bisa jadi, perilaku dan bawaan kedua pendaki tersebut tidak sesuai dengan adat
dan hukum yang berlaku di kampung MAKWAH, tetapi perlakuan baresan dua belas
saat menemani keduanya, menjamunya dan mengantarkan kembali keduanya
sampai keluar dari kampung MAKWAH dengan cara yang santun merupakan
pelajaran tersendiri.

Tatkala dikonfirmasi, fakist menjawab dengan ringan, seperti obrolan berikut:
kedua pendaki itu kan pelanggar batas? bagaimana mungkin dilepas begitu saja?
Jawab fakist: lebih banyak mudharatnya jika tinggal.
Bagaimana dengan sampah yang ditinggalkan?
Sejenak kemudian fakist membakar sampah yang ditinggalkan para pendaki, sambil
berkata: dibakar ritualnya, cahaya bathin kirimannya.
Selanjutnya, fakist menyapu sepanjang jalan bekas tapak para pendaki dengan
sapu nyere dan berucap: bersatu lidi menyapu semua bekas tapak keburukan, moga
gusti Allah bisa menjaga keturunan negeri MAKWAH tetap terjaga sambung pada
leluhurnya.

Kini kepala kampung negeri antah berantah paham, tidak berkelu kesah.
Jika pemanduku jelma, tentu saja kedua pendaki tersebut dipandu oleh gaib sampai
bisa menemukan negeri MAKWAH. Siapa gaib yang mampu menuntun hati dan
langkah khalifah fill ard? tentu dialah sang maha gaib yaitu tuhan semesta alam.

 Maka saat menjamu pendaki, ketulusan yang dilahirkan adalah ekspresi aku yang
di dalam menjamu allah yang di luar.

Inilah kesaktian yang muncul dari kemurnian keyakinan, bahasa gaib fakist dapat
ditangkap oleh semua makhluk di bumi dan di langit. Satukan semua kekuatan,
komponen bangsa seperti bersatunya lidi dalam membersihkan semua aral.

Tamu ya tetap tamu, maka rombongan kampung negeri antah berantah meninggalkan
kampung fakist dengan membawa oleh-oleh
Tuhan menjaga kesetimbangan, ketersediaan bekal hidup pasti setara dengan
jumlah penghuninya. Jika bekal hidup dijaga pasti generasi berikutnya juga terjaga.

Yang engkau najis-najiskan selama ini, sebenarnya mengandung rahasia.
yang jika engkau mengetahuinya, engkau akan menyadari bahwa engkau
pantas malu.....

AID....DIA
DOG....GOD
BABI....BABUSALAM......

Dialah pintu menuju tuhanmu.....
jika engkau mengetahuinya....

perhatikan ungkapan orang yang terkena aid....AKU yang salah bukan KAU
perhatikan perilaku anjing, selalu berbuat baik, sampai njeng rasul mengisahkan
seorang pelacur masuk surga karena memberi minum anjing jalanan.
njeng syeh Mutamakin, kemana-mana bersama anjing.
Nah....yang terakhir, babi jika didorong malah mundur....berbalik arah...

Inilah rahasia kesantunan, kehati-hatian dalam melangkah dan berkata.....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar