Kamis, 10 Mei 2012

JAWA: JAgadnya para WAra

Penghulu fakist tak mau lagi membiarkan kusutnya masa lalu ikut
mewarnai negeri fakist yang baru dibangun. Penataan ulang kali ini
benar-benar dengan perhitungan yang matang dan berhati-hati.

Sebuah nama tentu mengandung arti, itu pasti. Menurut petungan ilmu gathuk,
JAWA yang bisa dipanjangkan menjadi JAgadnya para WAra, mengandung
pengertian yang jelas yaitu tempat bertapa, menahan diri, dan jauh dari sifat
keduniawian.
BORNEO dapat dikutak katik menjadi BOR NEO, BOR= ROB, NEO= baru,
bisa dimaknai tuhan yang baru, atau ini baru tuhan.
Borneo tatkala berubah nama menjadi KALIMANTAN, dapat pula diolah
menjadi MANTAN KALE (meminjam istilah yang ngepop pada generasi muda),
mengandung makna cukup dalam yaitu apakah yang dulu?
Maksudnya jaman jahiliah.

Mengutak atik ala penghulu fakist cukup beralasan,
Untuk mengurai benang kusut, mencoba menemukan akar masalah.
Terutama kenapa negeri fakir hancur lebur tanpa sisa?
Tak bisa mengayomi rakyatnya sampai penghulu fakir malu
karena dipermalukan?
Dihajar dari dalam dan dipecundangi oleh tetangga?

Mari kita melihat, Ibu kota kampung fakir,
JAKARTA, jika diolak alik menjadi JA HARTA singkatan dari JAgadnya
pemburu HARTA, kental urusan keduniawiannya.

Nah ini akar permasalahannya,
Tentu tidak nyambung jika JAHARTA berada di JAWA, bisa perang bathin.

Sangat bijaksana jika JAHARTA berada di BORNEO
Selaras,
Maka rakyat pasti terayomi,
Penghulu fakist mulia karena dimuliakan.
Kampung fakist bermartabat walau makanan pokoknya bukan martabak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar